Sabtu, 25 Desember 2010

Makalah Pendidikan Keluarga


BAB I
PENDAHULUAN


A.  Latar Belakang Masalah
Proses belajar mengajar keberhasilannya dipengaruhi oleh berbagai faktor. Menurut Slamento ( 1990 : 56 ) faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar individu.
Pendidikan keluarga adalah salah satu bentuk pendidikan di luar sekolah yang besar pengaruhnya terhadap keberhasilan siswa dalam belajar. Dan pendidikan keluarga yang maksimal, memiliki kecenderungan untuk meningkatkan minat siswa dalam belajar, yang pada akhirnya akan mempengaruhi pula terhadap belajar siswa. Sedangkan lemahnya pendidikan keluarga memiliki kecenderungan untuk melemahkan minat siswa dalam belajar dan akan melemahkan pula terhadap prestasi belajar siswa.

B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1.      Apakah pengertian lingkungan pendidikan keluarga ?
2.      Apakah tujuan, fungsi dan ruang lingkup pendidikan keluarga ?
3.      Bagaimana pentingnya pendidikan keluarga ?
4.      Bagaimana strategi pendidikan keluarga ?

C.  Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan nakalah ini adalah sebagai berikut.
1.      Untuk mengetahui pengertian lingkungan pendidikan keluarga.
2.      Untuk mengetahui tujuan, fungsi dan ruang lingkup pendidikan keluarga.
3.      Untuk mengetahui bagaimana pentingnya pendidikan keluarga.
4.      Untuk mengetahui strategi pendidikan keluarga.


BAB II
PEMBAHASAN


A.  Pengertian Pendidikan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama bagi anak yang memberikan sumbangan bagi perkembangan dan pertumbuhan mental maupun fisik anak dalam kehidupannya.
Adapun pengertian keluarga secara etimologi adalah suatu kesatuan (unit) dimana anggota-anggotanya mengabdikan diri kepada kepentingan dan tujuan tersebut (Uyoh Sadulloh, 2006 : 182). Sedangkan keluarga menurut istilah adalah dua orang atau lebih yang tinggal bersama dan terikat karena darah perkawinan dan adopsi. B. Boston yang dikutip oleh Ishak Sholeh ( 1983 : 11 ) mengatakan, keluarga adalah suatu kelompok pertalian nasab keluarga yang dapat dijadikan tempat untuk membina / membimbing anak-anak dan untuk pemenuhan hidup lainnya. Sehingga sangat jelaslah bahwa pendidikan keluarga adalah bantuan / pertolongan yang diberikan orang tua kepada anaknya, agar anak itu dapat menjadi dewasa dan senantiasa terarah dalam kehidupannya.
Pendidikan keluarga merupakan bagian jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga dan memberikan keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral dan keterampilan ( UU Sistem Pendidikan Nasional No. 2 Tahun 1989 ).

B.  Tujuan, Fungsi dan Ruang Lingkup Pendidikan Keluarga  
1.      Tujuan Pendidikan Keluarga
Tujuan pendidikan keluarga adalah memelihara, melindungi anak sehingga dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Keluarga merupakan kesatuan hidup bersama yang utama dikenal oleh anak sehingga disebut lingkungan pendidikan utama.
Proses pendidikan awal di mulai sejak dalam kandungan. Latar belakang sosial ekonomi dan budaya keluarga, keharmonisan hubungan antar anggota keluarga, intensitas hubungan anak dengan orang tua akan sangat mempengaruhi sikap dan perilaku anak. Keberhasilan anak di sekolah secara empirik sangat dipengaruhi oleh besarnya dukungan orang tua dan keluarga dalam membimbing anak.
2.      Fungsi Pendidikan Keluarga
Adapun fungsi keluarga menurut MI Soelaeman (1978) adalah :
a.       Fungsi edukatif adalah yang mengarahkan keluarga sebagai wahana pendidikan pertama dan utama bagi anak-anaknya agar dapat menjadi manusia yang sehat, tangguh, maju dan mandiri sesuai dengan tuntutan kebutuhan pembangunan yang semakin tinggi.
b.      Fungsi sosialisasi anak adalah keluarga memiliki tugas untuk mengantarkan dan membimbing anak agar dapat beradaptasi dengan kehidupan sosial (masyarakat), sehingga kehadirannya akan diterima oleh masyarakat luas.
c.       Fungsi proteksi (perlindungan) adalah keluarga berfungsi sebagai wahana atau tempat memperoleh rasa nyaman, damai dan tentram seluruh anggota keluarganya.
d.      Fungsi afeksi (perasaan) keluarga sebagai wahana untuk menumbuhkan dan membina rasa cinta dan kasih sayang antara sesama anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya.
e.       Fungsi religius keluarga sebagai wahana pembangunan insan-insan beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, bermoral, berahlak dan berbudi pekerti luhur sesuai dengan ajaran agamanya.
f.       Fungsi ekonomi adalah keluarga sebagai wahana pemenuhan kebutuhan ekonomi fisik dan materil yang sekaligus mendidik keluarga untuk hidup efisien, ekonomis dan rasional.
g.      Fungsi rekreasi, keluarga harus menjadi lingkungan yang nyaman, menyenangkan, cerah, ceria, hangat dan penuh semangat.
h.      Fungsi biologis, keluarga sebagai wahana menyalurkan kebutuhan reproduksi sehat bagi semua anggota keluarganya.


3.      Ruang Lingkup Pendidikan Keluarga
Untuk mengetahui ruang lingkup pendidikan keluarga dapat diketahui dari jawaban pertanyaan “ sampai berapa jumlah tanggung jawab keluarga dalam mendidik anak?” tampaknya ruang lingkup tidak terbatas. Sejak anak dalam kandungan, orang tua sudah bertanggung jawab penuh atas keselamatan dan perkembangan anak. Tanggung jawab orang tua terhadap perkembangan dan pendidikan anaknya tampaknya lebih berpangkal pada tanggung jawab instingtif dan moral. Dan akan bertambah ringan, apabila anak sudah mampu berdiri sendiri karena pada akhirnya orang tua harus “melepaskan“ anaknya, supaya mampu berdiri dan tidak lagi tergantung kepada orang tuanya.

C.  Pentingnya Pendidikan Dalam Keluarga
Urgensi dan strateginya penguatan institusi keluarga sebagai wahana pengembangan sumber daya manusia. Brean Frenbrenner dalam Syakrani (2001) mengemukakan bahwa sejak dulu keluarga menjadi wahana pembentukan karakter dan keterampilan dasar manusia. Bahkan Brenner dan Couts menjabarkan lebih luas bahwa keluarga yang tangguh bersama lembaga keagamaan dan politik akan menjadi pilar penyangga terbentuknya civil society.
Betapa pentingnya pendidikan keluarga bagi anak-anak yang sedang berkembang. Pentingnya pembentukan sumber daya manusia berbasis keluarga juga bisa dilihat dari konsep investment in children memahami perlunya penguatan keluarga sebagai wahana pengembangan sumber daya manusia dari sudut pandang orientasi nilai dan perkembangan daya nalar anak.

D.  Strategi Pendidikan Keluarga
Pendekatan pendidikan keluarga adalah secara terpadu, seimbang antara pendekatan endogenous ( menimbulkan dari dalam ) dan conditioning ( pembisaan, mempengaruhi dari luar ) serta enforcement ( pemaksaan ).
Anak-anak dalam keluarga sangat kuat proses identifikasinya kepada orang tua dalam berbagai tingkah laku, cara berfikir dan cara menyikapi tentang suatu keadaan. Di samping faktor keteladanan, faktor pembiasaan yang didasarkan atas cinta kasih merupakan sarana / alat pendidikan yang besar pengaruhnya bagi pembentukan budi pekerti dan moral.
Di dalam keluarga yang religius terjadi interaksi interpersonal yang bernilai sosial edukatif dan religius. Dan pendidikan agama itu perlu disesuaikan dengan taraf kematangan anak, tingkat penalaran, emosi, bakat, pengetahuan dan pengalamannya. Orang tua yang efektif dalam proses pendidikan ditentukan oleh kemampuannya dalam membimbing dan mengarahkan serta memecahkan persoalan-persoalan secara demokratis.
Strategi lain dalam mengembangkan pendidikan dalam keluarga adalah dengan konsep tumbuh kembang anak yang pertumbuhan fisik dan otak serta perkembangan motorik, mental, sosio-emosional dan perkembangan moral spiritual. Ada 3 konsep penting yang mencakup aktivitas yakni pola suh, pola asah dan pola asih.
Strategi yang dapat digunakan oleg orang untuk mengembangkan moral dan keterampilannya, yaitu :
a.    Bantulah anak untuk menemukan sendiri tujuan hidupnya.
b.    Bantulah anak mengembangkan perilaku yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan hidupnya.
c.    Jadilah figur ideal bagi anak dalam berperilaku.
d.   Beri semangat dan gugah hati anak untuk berperilaku terpuji.
Menurut Popov dkk (1997) orang tua dapat berperan sebagai :
a.    Educator yaitu bisa menciptakan dan menyadari adanya teach able moment dalam keluarga.
b.    Autority yaitu bisa mengembangkan batas-batas normatif.
c.    Guide yaitu bisa share your skills kepada anak-anak.
d.   Conselor yaitu mampu memberi dukungan pada anak ketika mengalami dilema moral.





BAB III
KESIMPULAN


dari pembahasan di atas dapat kami simpulkan bahwa pendidikan lingkungan keluarga merupakan lembaga pendidikan pertama dan utama tempat anak didik (siswa) menerima pendidikan dan bimbingan dari orang tuanya atau anggota keluarganya yang lain. Di dalam keluarga inilah tempat meletakkan dasar-dasar kepribadian anak didik, keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral dan keterampilan-keterampilan, sehingga sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan siswa dalam belajar.
Adapun tujuan pendidikan keluarga adalah memlihara, mendidik dan melindungi anak sehingga dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Sedangkan fungsi dari pendidikan keluarga menurut MI Soelaeman yaitu (1) Fungsi edukatif; (2) Fungsi Sosialisasi; (3) Fungsi Proteksi; (4) Fungsi Afeksi; (5) Fungsi Religius; (6) Fungsi Ekonomi; (7) Fungsi Rekreasi; (8) Fungsi Biologis.
Pentingnya pendidikan dalam keluarga sangatlah jelas karena merupakan wahana pengembangan sumber daya manusia. Di samping itu, tidak terlepas juga berbagai strategi dalam pendidikan lingkungan keluarga sesuai dengan tumbuh kembangnya peserta didik, diantaranya :
a.    Bantulah anak untuk menemukan sendiri tujuan hidupnya.
b.    Bantulah anak mengembangkan perilaku yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan hidupnya.
c.    Jadilah figur ideal bagi anak dalam berperilaku.
d.   Beri semangat dan gugah hati anak untuk berperilaku terpuji.
Sedangkan menurut Popov dkk (1997) dapat berperan sebagai :
a.    Educator
b.    Autority
c.    Guide
d.   Konselor


DAFTAR PUSTAKA


Nurteti, Lilis. 2010. Pedagogik, Pengantar Teori dan Analisis. IAID Ciamis Jawa Barat

Nurteti, Lilis. 2010. Pedagogik, Pengantar Teori dan Analisis. IAID Ciamis Jawa Barat. Untuk kalangan sendiri.

Arifin, M. Dam Aminudin. 1992. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta.

























KATA PENGANTAR


Puji dan syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah pada mata kuliah PEDAGOGIK PENDIDIKAN DASAR yang berjudul “ PENDIDIKAN LINGKUNGAN KELUARGA “.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi kita semua serta masyarakat dan bermanfaat di dunia dan akhirat. Amin.


DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR ................................................................................ i
DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A.    Latar Belakang ........................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah ....................................................................... 1
C.     Tujuan Penulisan ......................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................ 2
A.    Pengertian Pendidikan Keluarga ................................................ 2
B.     Tujuan, Fungsi dan Ruang Lingkup
Pendidikan Keluarga .................................................................. 2
C.     Pentingnya Pendidikan dalam Keluarga .................................... 4
D.    Strategi Pendidikan Keluarga ..................................................... 4
BAB III KESIMPULAN............................................................................. 6
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 7


Makalah Perkembangan Manusia


BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Psikologi perkembangan merupakan cabang ilmu psikologi yang membahas berbagai perubahan intra-individual dan perubahan inter-individual pada kehidupan setiap manusia. Dua perkembangan itu tidak terbatas pada pengertian yang semakin membesar, melainkan di dalamnya juga terkandung serangkaian tahap-tahap periodisasi perkembangan manusia. Akan tetapi perkembangan tersebut juga tidak terlepas dari tugas setiap fasenya yang berbeda-beda. Dalam periodisasi perkembangan juga tercakup konsep usia, faktor dan fungsi perkembangan yang diawali dari saat pembuahan dan berakhir dengan kematian.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1.      Apa pengertian psikologi perkembangan ?
2.      Aspek-aspek apakah yang mengalami perubahan dalam perkembangan?
3.      Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi perkembangan ?

C.    Tujuan Penulisan
Adapaun tujuan penulisan dari pembuatan makalah ini adalah :
1.      Untuk mengetahui pengertian periodisasi perkembangan.
2.      Untuk mengetahui aspek-aspek apakah yang mengalami perubahan dalam perkembangan.
3.      Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan.


BAB III
PEMBAHASAN


A.    Periodisasi Perkembangan  Manusia
Setiap individu yang normal akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini dimulai sejak terjadinya peristiwa konsepsi hingga kelahiran menjadi seorang bayi, kemudian tumbuh kembang sebagai anak-anak, remaja dewasa dan sampai mati. Dalam waktu yang cukup panjang, para ahli psikologi perkembangan membagi-bagi tahap-tahap periodisasi yang dapat dikenali ciri-cirinya, meskipun pendapat para pakar psikologi perkembangan berbeda. Periodisasi perkembangan dapat dibedakan menjadi 3 bagian.
1)      Periodisasi berdasarkan biologis
Karena para ahli kejiwaan mendasarkan pembahasannya pada kondisi / proses pertumbuhan biologis. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah :
a.       Pendapat Kretschmer
b.      Aristoteles
2)      Periodisasi berdasarkan didaktis
Para psikologi melihat dari segi keperluan / materi. Apa kiranya yang dapat diberikan kepad anak pada masa tertentu serta menukarkan metode untuk diterapkan kepada anak sesuai dengan fase-fasenya.
3)      Periodisasi psikologis
Di sini para ahli membahas gejala perkembangan jiwa anak. Berorientasi dari sudut pandang psikologis mereka tidak lagi mendasarkan pada sudut biologis / didaktis lagi, sehingga mengembalikan masalah kejiwaan dalam kedudukannya yang murni.

Secara umum Papalia, Olds & Feldman (1998, 2004) membagi perkembangan menjadi Sembilan (9) tahap yaitu : (1) Masa Pra-Natal, (2) Bayi dan di bawah tiga tahun, (3) Anak-anak awal (Early Childhood), (4) Anak tengah (Toddler), (5) Anak akhir (Late Children), (6) Remaja (Adolescence), (7) Dewasa Muda (Young Adulthood), (8) Dewasa tengah (Middle Adulthood), dan (9) Dewasa akhir (Late Adulthood).
(1)   Perkembangan Masa Pra-Natal
Secara biologis pertumbuhan manusia (Pra-Natal) dimulai saat terjadi pembuahan (konsepsi) yaitu bertemunya sperma dan ovum Periode Pra-Natal berlangsung sekitar 42-43 minggu / 120 hari. Para ahli menyebutnya sebagai masa perubahan evolusi janin dalam kandungan.
Tahap-tahap perkembangan pada masa Pra-Natal pada umumnya ahli psikologi membagi periode Pra-Natal atas tiga tahap perkembangan, yaitu : (1) Tahap germinal (germinal stage), (2) Tahap embrionik (embryonic stage), dan (3) Tahap Janin (fetus stage) (Seifert & Hoffnung, 1994).
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan Pra-Natal adalah :
1)      Kesehatan ibu
2)      Gizi ibu
3)      Pemakaian bahan-bahan kimia oleh ibu
4)      Keadaan dan ketegangan emosi ibu
(2)   Perkembangan Masa / Fase Bayi
a.       Fase Bayi baru lahir (0-2 minggu pertama)
Fase bayi meliputi masa Neonatal yaitu merupakan periode singkat dimana masa ini dibagi menjadi dua, yaitu:
1)      Periode Fortunate (mulai saat kelahiran sampai antara 15-30 menit sesudah lahir).
2)      Periode Neonate (dari pemotongan dan pengikatan tali pusar sampai sekitar akhir minggu ke-2. Dalam islam pada periode ini disebut periode bayi (QS Al Hajj 22.5)
b.      Fase Bayi (awal minggu ketiga -2/3 tahun)
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan mengenai perkembangan bayi. Karena masa bayi dasar periode kehidupan yang sesungguhnya, banyak pola perilaku, sikap dan pola ekspresi emosi terbentuk, diantaranya :
1)      Masa bayi adalah masa perkembangan secara pesat baik dalam fisik maupun psikologis.
2)      Masa meningkatnya individualitas.
3)      Masa permulaan sosialisasi
4)      Masa permulaan berkembangnya penggolongan peran-seks.
5)      Masa bayi merupakan masa permulaan kreatifitas.
Kemudian, seorang bayi mengalami pertumbuhan dan perkembangan selama masa pengasuhan, pemeliharaan dan bimbingan dari orang tuanya. Si anak akan mengembangkan motorik dengan merangkak, berdiri, berjalan, melompat dan berlar serta bermain yang cukup menyenangkan dan mampu mengembangkan kecerdasan, inisiatif, imajinasi, kreatifitas dan bakat. Selain itu, ciri yang spesifik pada masa bawah tiga tahun ini, si anak masih memiliki kelekatan semosi dengan orangtua, takut berpisah dari orangtua, biasanya suka membuat cerita yang tak masuk akal, berbohong dan egosentris. Apa yang di inginkan berpusat pada diri sendiri.
(3)   Masa anak-anak awal (early childhood)
Secara kronologis usia, yang tergolong anak-anak awal (early childhood) ialah mereka yang berada pada usia 4-5 tahun. Walaupun masih terikat dan memfokuskan diri pada hubungan dengan orangtua / keluarga, namun masa anak ini di tandai dengan kemandirian, kemampuan kontrol diri (self control) dan hasrat untuk memperluas pergaulan dengan anak-anak sebaya. Hanya karakteristik permainan tiap fase perkembangan berbeda.
Tugas-tugas perkembangan pada masa kanak-kanak awal sebagai berikut :
a.       Belajar perbedaan dan aturan jenis kelamin
b.      Kontak perasaan dengan orangtua, keluarga dan orang lain
c.       Pembentukan pengertian sederhana, meliputi realitas fisik dan realitas sosial
d.      Belajar apa yang benar dan apa yang salah, perkembangan kata hati.
(4)   Masa anak-anak tengah (middle childhood)
Dalam budaya akademis, mereka duduk dibangku sekolah dasar kelas 1, 2 atau 3. Tokoh psikolog aliran kognitif yaitu Jean Piaget menyebut masa anak-anak awal berada pada fase perkembangan operasi kongkrit. Ia akan mampu melakukan tugas-tugas matematika (perhitungan, penambahan, pengurangan / perkalian yang sederhana).
Kehidupan sosial anak yang diwarnai dengan kekompakan kelompok teman sebaya yang berkelamin sejenis. Dalam pandangan psikonalis Sigmund Freud, berada pada tahap laten (latency phase) yaitu masa tenang dan nyaman, dimana libido seksual ditekan ke dalam bawah sadar, guna memberi kesempatan untuk mengembangkan potensi intelektual maupun sosialisasi. Sehingga, pertumbuhan fisik tergolong lambat. Sedangkan Erik Erikson menyebut sebagai industri karena anak-anak mulai mengembangkan kepribadian guna menopang perkembangan harga diri, percaya diri dan efikasi diri.



(5)   Masa anak-anak akhir (late childhood)
Masa akhir anak-anak di sebut sebagai masa tamyiz masa sekolah / masa sekolah dasar. Masa ini di alami di usia 6 – masuk ke masa pubertas dan masa remaja awal yang berkisar pada usia 11-13 tahun, dan sudah matang / siap untuk masuk madrasah ibtidaiyah / sekolah dasar. Menurut psikologi islam adalah tahap tamyiz, fase ini mulai mampu membedakan yang baik dan buruk, benar / salah dan pada usia ini anak sudah diperintahkan untuk melakukan shalat.
Tugas-tugas perkembangan masa kanak-kanak akhir (Syamsu Yusuf, 2008) :
a)      Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan.
b)      Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap diri sendiri.
c)      Belajar bergaul dengan teman sebaya.
d)     Belajar memaikan peran sesuai jenis kelaminnya.
e)      Belajar keterampilan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung.
f)       Belajar mengembangkan konsep sehari-hari.
g)      Mengembangkan kata hati.
h)      Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi
i)        Mengembangkan sikap yang positif terhadap kelompok sosial dan lembaga.
(6)   Perkembangan Masa Remaja
Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting, yang di awali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu berproduksi. Masa remaja sering di sebut juga “Adolesen” yakni tumbuh menjadi dewasa dan mencakup kematangan emosional, mental, sosial dan fisik. Menurut Konopka (Pikunas, 1976) masa remaja meliputi a) Remaja awal : 12-15 tahun, b) Remaja madya : 15-18 tahun, c) Remaja akhir : 19-22 tahun. Sedangkan Salzman berpendapat : bahwa remaja merupakan masa perkembangan sikap tergantung (dependence) terhadap orangtua ke arah kemandirian (independence), minat-minat seksual, perenungan diri, dan perhatian terhadap nila-nilai estetika dan isu-isu moral.
Ciri-ciri masa remaja :
a.       Masa remaja sebagai periode peralihan
b.      Masa remaja sebagai periode perubahan
c.       Masa remaja sebagai usia bermasalah
d.      Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan
e.       Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik
f.       Masa remaja sebagai ambang masa dewasa
Tugas-tugas perkembangan masa remaja (menurut Havighurst)
a)      Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita.
b)      Mencapai peran sosial pria dan wanita
c)      Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif.
d)     Mengharapkan dan mencapai perilaku yang bertanggung jawab.
e)      Mempersiapkan karir ekonomi.
f)       Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.
g)      Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis untuk berperilaku mengembangkan ideologi.
(7)   Masa Dewasa Muda (Young Adulthood)
Masa ini umumnya ialah mereka yang berusia 22-40 tahun. Dari sisi perkembangan kognitif, masa ini sudah meniti karir yang matang sesuai dengan bakat yang dijalani / dicari semasa remajanya. Sambil mendidik dan membimbing anak-anak serta membina kehidupan rumah tangga, mereka tetap meniti puncak karir, bahkan tidak sedikit yang posisinya tinggi. Apabila perempuan / laki-laki yang bisa membagi waktu dengan teratur akan terjadi kehidupan yang bahagia. Akan tetapi, apabila sebaliknya akan menimbulkan konflik antara suami-istri, dan akhirnya anak-anak yang tak memperoleh kasih sayang seutuhnya dari keluarga, anak akan terlantar dan tumbuh tanpa arah tujuan yang jelas.
(8)   Masa Dewasa Tengah (Middle Adulthood)
Masa dewasa tengah (35-45 tahun hingga memasuki usia 60 tahun) merupakan masa yang penuh tantangan, karena kondisi fisik yang mulai mengalami penurunan. Untuk wanita mulai mengalami menopouse. Ini berarti bahwa potensi untuk mengandung / melahirkan anak tak memungkinkan lagi. Kemudian laki-laki menghadapi kenyataan bahwa dirinya mulai menjadi tua, sementara tuntutan sosial semakin kuat. Karena itu tak jarang mereka melakukan eksperimen-eksperimen seksual dengan pasangan yang lebih muda.
Dalam kehidupan karier, masa dewasa tengah merupakan masa puncak untuk prestasi dan mendapatkan posisi-posisi penting di lembaga-lembaga perusahaan, pendidikan dan pemerintahan. Dengan demikian mereka telah mapan kehidupan ekonomi keluarganya.
Karakteristik masa dewasa tengah, diantaranya :
a)      Periode yang menakutkan
b)      Masa transisi (stres somatik, stres budaya, stres psikologis)
c)      Masa berprestasi
d)     Masa sepi
e)      Masa jenuh
(9)   Masa Dewasa Akhir (late adulthood)
Dewasa akhir (usia lanjut) merupakan tahap yang dialami oleh individu yang akan memasuki kematian (usia 60 ke atas). Adapun ciri-ciri masa usia lanjut adalah :
a)      Merupakan periode kemunduran
b)      Keadaan fisik lemah, sehingga akan tergantung kepada yang lebih muda.
c)      Menentukan kondisi hidup yang sesuai dengan perubahan status ekonomi dan kondisi fisik.
d)     Mengembangkan kegiatan baru untuk mengisi waktu luang yang semakin bertambah.
e)      Belajar untuk memperlakukan anak yang sudah besar sebagai orang dewasa.
Perubahan mental pada usia lanjut :
a)      Belajar
b)      Berpikir dalam memberi argumentasi
c)      Kreatifitas
d)     Ingatan
e)      Rasa humor
f)       Tanda-tanda bahaya fisik yang umum pada usia lanjut
Tugas-tugas perkembangan usia lanjut :
a)      Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisik dan kesehatan secara bertahap.
b)      Menyesuaikan diri dengan masa kemunduran / pensiun dan berkurangnya pendapatan keluarga.
c)      Menyesuaikan diri atas kematian pasangan hidup.
d)     Menjadi anggota kelompok sebaya.
e)      Mengikuti pertemuan-pertemuan sosial dan kewajiban sebagai warga negara.
f)       Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan.
g)      Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara fleksibel.




B.     Aspek Yang Mengalami Perubahan Dalam Perkembangan
Ada 3 aspek perubahan yang tak lepas dari perkembangan maupun pertumbuhan, diantaranya :
1.      Aspek Fisik
Proses perkembangan fisik ditandai dengan perubahan ukuran organ fisik eksternal (tangan, kaki, badan) yang makin membesar, memanjang, melebar, tinggi. Sedangkan perubahan internal ditandai dengan makin matangnya sistem syaraf dan jaringan sel-sel yang makin kompleks, sehingga mampu menaikan fungsi hormon, kelenjar maupun keterampilan motoriknya.
Aspek-aspek yang mempengaruhi perubahan fisik adalah kesehatan, gizi dan nutrisi. Terjadinya perubahan fisik sangat mendasar dan prinsipil karena mempengaruhi perkembangan yang lain (kognitif maupun psikososial).
2.      Aspek Kognitif
Perkembangan kognitif berhubungan dengan meningkatnya kemampuan berpikir (thinking), memecahkan masalah (problem Solving), mengambil keputusan (decision making), kecerdasan (intelegence), bakat (aptittude). Para ahli psikologi perkembangan memperluas dan mempertajam pandangan tersebut dengan mengungkapkan perkembangan kognitif (Jean Piaget, 1896-1980).
Optimalisasi perkembangan kognitif sangat dipengaruhi oleh  kematangan fisiologis, terutama pada bayi dan anak. Sehingga perkembangan kognitif makin baik dan koordinatif.
3.      Aspek Psikososio – Emosional
Manusia di kenal sebagai mahluk sosial (homosocio-politicon). Ia tidak akan mampu hidup  seorang diri, tanpa kehadiran orang lain. Pergaulan dengan orang lain akan mampu mengubah persepsi, pandangan, sikap dan perilaku seseorang, sebab dalam pergaulan terjadi interaksi antar individu yang di tandai dengan pertukaran (transfer) informasi tentang pengetahuan, adat-istiadat, kebiasaan, budaya dan dapat menyesuaikan dengan tuntutan lingkungan sosialnya. Sebaliknya, ketidakmampuan menyesuaikan diri akan membuat seseorang mengalami kehidupan yang terasing, rendah diri, pesimis, apatis, merasa cemas, kuatir atau takut. Akibatnya akan mempengaruhi krisis kepribadian (personality crisis).


C.    Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Terhadap Perkembangan
Perkembangan yang terjadi pada diri seseorang, ternyata menyangkut berbagai aspek, tidaklah masalah fisik semata. Tetapi juga berkaitan dengan masalah kognitif, moral, agama mapun psikososial. Terjadinya perkembangan tersebut dipengaruhi oleh :
1)      Hereditas / Genetitas / Keturunan
Faktor keturunan lebih menekankan pada aspek biologis / herediter yang dibawa melalui aliran darah dalam kromosom. Sehingga faktor genetis cenderung bersifat statis yang merupakan predisposisi untuk mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan (Papalia, Olds & Feldman, 1998.2004) mengatakan bahwa aspek psikis yang dapat diturunkan ke generasi berikutnya adalah intelegensi, bakat, kemampuan, minat dan kepribadian.
2)      Lingkungan
Lingkungan memiliki peran besar bagi perubahan yang positif atau negatif pada individu dan hal ini sangat bergantung pada karakteristik lingkungan itu sendiri. Psikolog ekologis (psychologist of ecological) Urie Brofenbrenner, menyatakan bahwa lingkungan tersebut bersifat stratafikasi yakni berlapis-lapis dari yang terdekat sampai terjauh.




3)      Interaksionisme Antara Genetis dan Lingkungan
Perpaduan antara faktor genetis maupun faktor lingkungan menyatakan bahwa perkembangan seseorang tidak akan maksimal kalu hanya mengandalkan salah satu faktor pengaruh saja.
Sehingga keduanya harus dipersatukan demi mengupayakan maksimalisasi perkembangan seseorang. Faktor genetis harus di topang dengan faktor lingkungan atau sebaliknya. Sehingga memungkinkan perkembangan fisiologis maupun psikologis (potensi, bakat, kecerdasan dan kepribadian) seseorang tidak akan terjadi kesinambungan.





















BAB III
KESIMPULAN


Kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan di atas adalah bahwa periodisasi perkembangan tidak terbatas pada pengertian pertumbuhan, melainkan di dalamnya juga terkandung tahap / periodisasi yang berlangsung secara terus-menerus, sehingga perkembangan itu bergerak secara berangsur-angsur tetapi pasti, melalui suatu tahap ke tahap berikutnya, dari masa pembuahan sampai dengan kematian.

Aspek-aspek yang mengalami perubahan dalam pertumbuhan dan perkembangan adalah (1) Aspek Fisik, (2) Aspek Kognitif, dan (3) Aspek Psikososial. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan adalah 1) Herediter / Genetis / Keturunan, 2) Lingkungan, dan 3) Interaksionisme antara Genetis dan Lingkungan.















DAFTAR PUSTAKA


Dariyo, Agoes. Januari 2007. Psikologi Perkembangan. Jakarta. PT Refika Aditama.

Desmita. September 2007. Psikologi Perkembangan. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.

Hidayah Wiji, Purnami Sri. Januari 2008. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta. PT Teras.

Yusuf, Syamsu. Maret 2008. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.

Gani, Dadang. November 2008. Psikologi Perkembangan. C